Jumat, 05 April 2013

laporan praktikum fotosintesis

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA                                      : MUZAYYINUL GHUFRON
NIM                                           : 121510501016
GOL/KELOMPOK                 : A/I
ANGGOTA                              : 1. NOVITA FAJRIYATUL M.    (121510501001)
                                                     2. WAHYU PUSPASARI              (121510501006)
                                                     3. DEVI ANGGUN C.                   (121510501010)
                                                     4. RIZKI AMRILLAH H.              (121510501015)
                                                     5. DEVI CRISTIANA                    (121510501020)
                                                     6. RISKA YULIANTI                    (121510501027)
                                                     7. SARWINDA CAHYA U.          (121510501088)
                                                     8. BAGUS DWI S.                          (111510501028)
JUDUL ACARA                     : PENGARUH KUALITAS CAHAYA TERHADAP KECEPATAN FOTOSINTESIS
TANGGAL PRAKTIKUM   : 7 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         : 9 MARET  2013
ASISTEN                                  : 1. MOH. AMINNUDDIN
                                                     2. ASRI RINA H
                                                     3. FAJAR FIRMANSYAH
                                                     4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
                                                     5. KHUSNUL KHOTIMAH
                                                     6. NORMA LAILATUN NIKMAH


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang sangat penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di alam semesta ini. Hal ini dikarenakan tumbuhan dapat menghasilkan makanan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk makhluk hidup lainnya. Tumbuhan mampu membuat makanan tersebut melalui serangkaian proses yang dinamakan fotosintesis. Proses ini dapat mengubah bahan-bahan organik sederhana menjadi bahan organik lebih kompleks yang dapat digunakan sebagai bahan makanan dengan bahan dasar air (H2O) dan gas karbondioksida (CO2) dibantu oleh cahaya. Bahan makanan yang dihasilkan berupa karbohidrat (C6H12O6) serta hasil samping yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup lain, yaitu gas oksigen (O2).
Dari hasil fotosintesis yang berupa glukosa tersebut dapat berupa buah, umbi, maupun biomasa lain yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan, seperti pada tanaman hortikultura. Makhluk hidup tidak dapat mempergunakan bahan makanan yang dihasilkan oleh fotosintesis kecuali bila mereka mendapatkan gas oksigen yang terbentuk dalam proses fotosintesis tersebut karena gas oksigen ini dibutuhkan untuk membakar makanan tadi menjadi energi yang digunakan makhluk hidup untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Selain berperan dalam pembentukan senyawa gula, proses fotosintesis juga menyediakan bahan untuk proses-proses sintesis penting lainnya. Di antaranya yaitu pembentukan asam-asam amino untuk membentuk protein. Senyawa-senyawa ini sangat diperlukan oleh makhluk hidup teruatama untuk bahan penyusun tubuh. Sebagian dari protein-protein ini tidak dapat disintesis oleh tubuh makhluk hidup sendiri sehingga protein dari hasil fotosintesis sangat diperlukan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis ini adalah cahaya, CO2, air, suhu, dan unsur hara. Cahaya merupakan faktor yang cukup penting dalam proses fotosintesis karena cahaya digunakan untuk mengolah bahan dasarnya menjadi makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu penting untuk sekali untuk mempelajari pengaruh kualitas cahaya terhadap laju fotosintesis pada tanaman. dengan mengetahui hal ini, kita dapat mengembangkan upaya-upaya untuk mengoptimalkan hasil dari fotosintesis tersebut dengan mengatur intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman.

1.2  Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis tanaman dengan indikator produksi oksigen setiap satuan waktu

















                                           

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah  satu  proses  kehidupan  pada tanaman adalah fotosintesis yang merupakan proses kimia untuk menghasilkan  energi,  dimana karbon  dioksida  (CO2) dan air  (H2O) diubah  menjadi karbohidrat dengan bantuan energi cahaya.  Fotosintesis  merupakan  cara  fiksasi karbon karena karbon bebas dari CO2 diikat  (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul energi.  Secara sederhana, reaksi yang terjadi dalam proses fotosintesis ialah sebagai berikut : 6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 + 6O2. Karbohidrat (C6H12O6)  digunakan  dalam pembentukan  senyawa organik  yang lain  seperti selulosa  dan  bisa juga digunakan  sebagai  bahan  bakar. Fotosintesis ini terjadi pada daun.  Daun  menangkap cahaya menggunakan klorofil yang merupakan pigmen hijau pada tumbuhan. Klorofil berada dalam  kloroplas, dimana  proses fotosintesis terjadi, tepatnya pada bagian stroma.  (Pertamawati, 2010).
Tidak semua cahaya dapat digunakan untuk fotosintesis. Cahaya tampak (visible light), sebagai sumber energi yang digunakan tumbuhan untuk fotosintesis, merupakan bagian spktrum energi radiasi. Energi radiasi memilki karakter yang unik, yang bisa dijelaskan menggunakan 2 macam teori, yaitu teori gelombang elektromagnet dan teori kuantum. Teori gelombang elektromagnet menyatakan bahwa cahaya merambat pada suatu ruangan sebagai suatu gelombang. Teori kuantum menyatakan bahwa cahaya merambat melalui aliran partikel yang disebut foton. Energi yang berada dalam satu foton disebut satu kuantum. Karena energi yang berada dalam suatu foton itu sebanding dengan besarnya frekuensi, maka kuantum bisa dinyatakan dalam bentuk panjang gelombang dan energi dari setiap foton berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya. Reaksi yang terjadi dalam fotosintesis merupakan akibat dari penyerapan foton oleh klorofil. Tidak semua foton memiliki tingkat energi yang sesuai untuk mengeksitasi pigmen daun. Lebih dari 760 nm, maka foton tidak mempunyai cukup energi dan kurang dari 390 nm foton mempunyai energi yang terlalu berlebihan. Hal ini mengakibatkan kerusakan pigmen. Hanya foton yang mempunyai panjang gelombang 360-720 nm (yaitu cahaya tampak) yang memiliki tingkat energi yang sesuai untuk fotosintesis (Gardner et al., 1991)
Reaksi  fotosintesis dibagi  menjadi  dua  kelompok,  yaitu reaksi terang  (membutuhkan cahaya) dan reaksi gelap (tidak membutuhkan cahaya, tetapi membuthkan CO2). (Salisbury dan Ross, 1995).  Reaksi  terang  merupakan   proses  untuk menghasilkan  ATP  dan  NADPH. Prosesnya diawali dengan penangkapan foton oleh klorofil. Klorofil menyerap  lebih banyak cahaya pada  warna biru (400-450 nm) dan merah  (610-700  nm) dari pada warna hijau (500-600  nm).  Cahaya  hijau  akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga daun tampak berwarna  hijau. Fotosintesis akan menghasilkan energi lebih banyak pada cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi, begitu pula sebaliknya. Di dalam daun,  cahaya  akan ditangkap oleh klorofil  untuk  dikumpulkan  pada  pusat reaksi. Tumbuhan memiliki 2 jenis pigmen yang aktif sebagai fotosistem, yaitu  fotosistem  I  dan  fotosistem  II. Fotosistem II  terdiri  dari molekul  klorofil  yang menyerap  cahaya  dengan  panjang  gelombang 680  nm,  sedangkan  fotosistem  I 700 nm. Kedua fotosistem ini akan bekerjasama dalam fotosintesis.  Fotosintesis  dimulai saat cahaya mengeksitasi  klorofil  pada  fotosistem  II, sehingga   melepaskan  elektron  yang  kemudian ditransfer  pada  rantai  transpor  elektron. Energi dari elektron akan dipakai untuk proses fotofosforilasi yang menghasilkan ATP. Reaksi ini mengakibatkan fotosistem II menjadi kekurangan elektron. Kekurangan  elektron  ini dipenuhi  oleh elektron dari hasil ionisasi air  yang  terjadi bersamaan  dengan ionisasi klorofil. Hasil dari ionisasi air ini adalah  elektron  dan  O­2.  Oksigen dari proses fotosintesis hanya terbentuk dari ionisai air, bukan dari karbon dioksida.  Pada  waktu  yang  bersamaan  dengan  ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang dikirim  melalui rantai transpor elektron yang akan mereduksi NADP+ menjadi NADPH. (Pertamawati, 2010).
Dalam reaksi gelap, ATP dan NADPH yang dihasilkan akan memicu berbagai proses kimia. Pada tumbuhan proses kimia yang terpicu adalah siklus kalvin yang mengikat karbon dioksida untuk  membentuk gula seperti glukosa. Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak membutuhkan cahaya sehingga  dapat  terjadi walaupun dalam keadaan gelap. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis  adalah  cahaya,  kadar CO2, suhu, air hasil  foto  sintesis,  dan  tahap  pertumbuhan tanaman. (Pertamawati, 2010).
Cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi fotosintesis jelas akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut. Pada umumnya, fiksasi CO2 paling optimal terjadi di sekitar tengah hari, yaitu pada saat intensitas cahaya mencapai puncaknya. Penutupan cahaya matahari oleh awan juga akan mengurangi kecepatan fotosintesis. (Lakitan, 1995).
Levitt  (1980) dalam Fanindi (2010) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh pada tempat yang lebih terlindung mempunyai titik kompensasi hasil asimilasi yang lebih rendah daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang banyak menerima cahaya. Pengurangan klorofil pada tanaman tersebut sejalan dengan pengurangan asimilat fotosintesis, ditandai dengan menurunnya kadar bahan kering (Watanabe et al., 1993 dalam Fanindi, 2010). Pearce et al. (1987) dalam Fanindi (2010)  menyebutkan bahwa tingkat naungan berhubungan dengan indeks luas daun (ILD), luas daun (LD) dan distribusi daun dalam kanopi tanaman, sementara itu kedua komponen tersebut adalah faktor utama yang menentukan intensitas cahaya yang berpengaruh pada proses fotosintesis, transpirasi, dan akumulasi bahan kering.
Selain itu bila cahaya berada di bawah titik optimum akan menyebabkan jumlah cabang menurun yang berakibat pada karakteristik daun antara lain indeks luas daun dan luas daun, meskipun pada beberapa tanaman terkadang menunjukkan respon yang tidak konsisten (Kappel dan Flore, 1983 dalam Fanindi, 2010). Sifat daun tersebut menentukan absorpsi cahaya sehingga adaptasi tanaman terhadap radiasi rendah juga tercermin pada kadar total khlorofil daun (Pettigrew et al., 1989 dalam Fanindi, 2010). 
Menurut  Sunu  dan  Wartoyo  (2006) dalam sarmita et al. (2011), untuk menghasilkan berat kering yang optimal, tanaman membutuhkan cahaya yang maksimal. Santosa (1990) sarmita et al. (2011) juga menyatakan bahwa  intensitas cahaya yang tinggi  akan meningkatkan  kecepatan fotosintesis.  Hasil  fotosintesis  yang  tinggi  akan mempercepat  translokasi.  Hal  ini  diperkuat  oleh penelitian  Sulistyaningsih et al. (2005) dalam sarmita et al. (2011)  pada Brassica  chinensis  yang diberi perlakuan dengan sungkup  (intensitas  cahaya  624  luks)  dan  tanpa sungkup  (intensitas  cahaya  1.184  luks). Hasilnya menunjukkan bahwa berat basah dan berat kering akan  meningkat seiring dengan  meningkatnya intensitas cahaya.
Menurut  Dwijoseputro (1985) dalam sarmita et al. (2011), puncak  proses  fotosintesis  tergantung banyaknya intensitas cahaya dan tingginya suhu.  Rendahnya  intensitas  cahaya  akan menurunkan kecepatan fotosintesis, sehingga  translokasi hasil  fotosintesis akan semakin  lambat  (Santosa, 1990 dalam sarmita et al., 2011).  Selain itu energi yang diberikan sinar tergantung pada kualitas  panjang  gelombang, intensitas (kuantitas sinar per 1 cm2 per detik), dan waktu  (sebentar  atau  lama).  Suhu yang rendah bisa mengakibatkan pertumbuhan menjadi lambat karena proses enzimatis dikendalikan oleh suhu, sehingga berat kering tanaman menurun (Jumin, 1992 dalam sarmita et al., 2011).
Ribeiro et al. (2002) dalam Muhsanati et al. (2009) menyatakan bahwa pada temperatur dan  cahaya optimal, fotosintesis berlangsung lebih cepat dan  fotosintesis netto lebih besar. Selanjutnya Harjadi  (1991) dalam Muhsanati et al. (2009) menyatakan bahwa besarnya cahaya yang ditangkap pada proses fotosintesis  menunjukkan  besarnya  biomassa tanaman.
Semakin besar hasil fotosintesis yang, maka pembentukan  biomassa  juga semakin meningkat. Tidak hanya di daratan, fotosintesis juga terjadi di perairan. Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi  distribusi klorofil-a  di  laut. Di laut lepas, pada lapisan  permukaan  tercampur  ada cukup banyak cahaya matahari untuk fotosintesa (Simon, 2001 dalam Rasyid, 2009).






BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Acara praktikum “Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis” ini dilakasnakan pada tanggal 7 Maret 2013 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.    Tanaman Hydrilla sp.
2.    Akuades
3.2.2 Alat
1.    Benang
2.    Beaker glass 1000 ml
3.    Gunting/ pisau cutter
4.    Hand counter
5.    Lampu dengan 5 warna berbeda, yaitu merah, kuning, hijau, biru, dan polikromatik
6.    Mika 5 warna (menyesuaikan warna lampu)
7.    Pemberat (batu)
8.    Pinset
9.    Stopwatch
3.3 Cara Kerja
1.    Menyiapkan lampu dan beaker glass 1000 ml. Mengisi beaker glass dengan akuades ± ¾ bagian
2.    Menyiapkan dan memotong bahan Hydrilla sp. (pada bagian batang primer), saat memotong diusahakan di dalam air
3.    Kemudian memasukkan Hydrilla sp. yang sudah dipotong ke dalam dasar beaker glass yang telah berisi akuades
4.    Menghidupkan lampu dengan warna-warna yang berbeda, mendiamkannya selama 5 menit, kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada interval 5 menit
5.    Menghitung jumlah oksigen yang muncul dipermukaan air menggunakan hand counter
6.    Membandingkan dan menganalisis pengaruh dari warna cahaya terhadap volume gas oksigen yang dihasilkan.




















BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Volume Gelembung O2 Yang Dihasilkan Hydrilla sp. Oleh Masing-Masing Warna Lampu

Warna
Waktu
Jumlah Gelembung
1
Polikromatik
5 menit (1)
5 menit (2)
988
973
2
Merah
5 menit (1)
5 menit (2)
41
30
3
Kuning
5 menit (1)
5 menit (2)
0
0
4
Biru
5 menit (1)
5 menit (2)
0
0
5
Hijau
5 menit (1)
5 menit (2)
0
0

4.2 Pembahasan

cahaya
 
            Fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat dari air (H2O) dan gas karbon dioksida (CO2) dengan bantuan energi cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa berlangsung pada tumbuhan yang memiliki zat hijau daun (klorofil). Secara sederhana reaksi fotosintesis adalah sebagai berikut:

6CO2 + CO2                  C6H12O6 + 6O2
Fotosintesis berlangsung di daun lebih tepatnya di bagian kloroplas. Proses fotosintesis ini dibedakan menjadi dua tahap reaksi, yaitu reaksi terang (hill reaction) dan reaksi gelap (blackman reaction).
Reaksi terang berlangsung pada fotosistem II (P680) dengan tahap awal klorofil menerima energi cahaya yang mengakibatkan elektron tereksitasi menuju akseptor elektron. Hal ini menyebabkan fotosistem II tidak stabil. Oleh karenanya air akan dioksidasi oleh Mn yang ada dalam daun menjadi H+ dan gas oksigen yang kemudian dikeluarkan sebagai hasil samping dari proses fotosintesis. Dari proses oksidasi ini akan dilepaskan elektron untuk menstabilkan fotosistem II. Kemudaian elektron yang telah diterima oleh akseptor elektron akan melalui plastoquinon lalu menuju kompleks sitokrom dan plastosianin. Kemudian elektron akan menuju ferredoxin. Dari ferredoxin ini elektron kemudian akan berikatan dengan enzim NADP+ dan H+ (dari proses pemecahan air) sehingga terbentuk NADPH. Selama proses transpor elektron ini dihasilkan energi yang tersimpan dalam bentuk ATP. Jadi dalam reaksi terang ini dihasilkan NADPH dan ATP yang berguna untuk sintesis gula pada reaksi gelap.
Reaksi berikutnya adalah reaksi gelap. Reaksi ini dimulai dengan proses fiksasi karbon. Karbon dioksida yang telah diambil dari udara akan diikat oleh gula yang memiliki 5 karbon (ribulosa 1,5 bisfosfat/ RuBP) lalu membentuk senyawa intermediet tidak stabil yang kemudian menjadi 3-fosfogliserat (3-PGA). Proses ini dikatalis oleh enzim RuBP. Setiap molekul 3-PGA akan menerima gugus fosfat dari ATP sehingga membentuk. Lalu molekul 1,3-bisfosfogliserat ini akan direduksi oleh elektron dari NADPH dan dikatalis oleh enzim dehidrogenase membentuk 6 molekul gliseraldehida-3-fosfat. Satu molekul gliseraldehida-3-fosfat ini akan keluar sebagai gula dan 5 molekul sisanya akan dirombak kembali menjadi enzim RuBP.
Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan air, CO2, cahaya, suhu, unsur hara, dan faktor genetik tanaman. Kekurangan air menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan luas daun tidak optimal. Selain itu stomatapun akan menutup untuk mengurangi penguapan air. Sehingga proses fotosintesis tidak akan berjalan dengan lancar. Apabila CO2 yang tersedia kurang, maka reaksi pembentukan gula tidak maksimal karena CO2 ini digunakan untuk pembuatan gula oleh RuBP. Sementara itu apabila kekurangan cahaya (cahaya tampak) akan mengganggu proses transpor elektron karena energi cahaya (foton) beperan dalam proses eksitasi elektron untuk menghasilkan energi NADPH. Selain itu apabila kekurangan cahaya, maka daun menjadi pucat. Sementara itu ketersediaan cahaya yang terlalu tinggi pada daerah yang kering dapat merusak klorofil ( daun menjadi kering). Suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kerusakan pada enzim-enzim fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis berlangsung secara normal pada suhu ± 35o C. Faktor selanjutnya yaitu unsur hara. Unsur-unsur hara yang berperan dalam proses fotosintesis di antaranya Mn, Mg, Cu, Zn, dan Fe. Misalnya saja Mg, apabila kekurangan unsur ini maka  H2O tidak dapat dioksidasi  menjadi H+ + O2 + 2e- sehingga mengganggu proses pembentukan energi (NADPH) untuk siklus kalvin. Faktor genetik juga mempengaruhi fotosinesis dari suatu tanaman. Jika suatu tanaman memang tidak memiliki atau kekurangan zat hijau daun secara genetik, maka proses fotosintesisnya tidak akan semaksimal tanaman yang memiliki zat hijau daun dalam jumlah yang banyak.
Selain faktor-faktor di atas, panjang gelombang cahaya juga mempengaruhi kecepatan fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis berlangsung pada panjang gelombang kurang lebih 360 – 720 nm. Di luar rentang panjang gelombang ini maka intensitas fotosintesis akan menurun bahkan pada panjang gelombang yang terlalu tinggi dan terlalu rendah fotosintesis tidak bisa terjadi. Berdasarkan panjang gelombangnya, cahaya yang baik untuk proses fotosintesis adalah warna polikromatik ( ± 360-720 nm) dan warna merah (610-700 nm). Warna polikromatik ini tersusun oleh berbagai macam warna sehingga memiliki rentang panjang gelombang yang besar dan baik untuk proses fotosintesis. Semakin kecil panjang gelombangnya maka energinya semakin besar. Sehingga dalam proses fotosintesis ini dibutuhkan energi yang sesuai. Apabila energinya terlalu besar, sperti gelombang sinar-X (10-100 nm) maka akan merusak kloroifil.
Praktikum ini menggunakan tanaman Hydrilla sp. sebagai bahan praktikum karena tanaman ini lebih efisien. Habitatnya yang berada di dalam air memudahkan pengamatan aktivitas keluarnya gas oksigen sebagai hasil samping dari proses fotosintesis. Selain itu ukuran tanaman ini juga relatf kecil dan struktunya lentur. Sehingga membutuhkan ruang yang tidak terlalu besar. Tanaman Hydrilla sp. juga memiliki zat hijau daun di seluruh tubuhnya, sehingga proses fotosintesisnya mudah terjadi dan proses pengamatanpun dapat segera dilakukan.




Dari hasil pengamatan dapat disajikan data sebagai berikut:














Pada praktikum kali ini diperoleh data bahwa cahaya polikromatik merupakan cahaya yang paling baik untuk digunakan dalam proses fotosintesis karena menghasilkan gelembung O2 paling banyak di antara warna yang lain, yaitu 988 dan 973 gelembung, kemudian disusul oleh cahaya merah sebanyak 41 dan 30 gelembung. Cahaya polikromatik memiliki panjang gelombang ± 360-720 nm dan cahaya merah memiliki panjang gelombang 610-700 nm. Cahaya polikromatik ini tersusun atas berbagai warna sehingga rentang panjang gelombangnya cukup untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Sementara warna-warna yang lain, seperti warna hijau (480-560 nm), kuning (560-590 nm), dan biru (450-480 nm), hanya memiliki rentang panjang gelombang yang sedikit sehingga kurang optimal jika digunakan untuk proses fotosintesis.






BAB. 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Cahaya yang paling baik untuk proses fotosintesis adalah cahaya polikromatik karena terdiri atas berbagai macam warna sehingga memiliki panjang gelombang dan energi yang sesuai untuk proses fotosintesis.

5.2 Saran
            Sebaiknya alat yang digunakan sebagai wadah dari tanaman Hydrilla sp. lebih besar supaya ketika Hydrilla sp. dimasukkan dalam wadah, semua bagiannya benar-benar terendam oleh air sehingga pengamatan gelembung oksigen yang dihasilkan menjadi lebih akurat.










DAFTAR PUSTAKA
Fanindi, Achmad. Prawiradiputra. Abdullah. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Hijauan dan Benih Kalopo (Calopogonium mucunoides). JITV, 15 (3): 205-214.

Gardner, Franklin P. R. Bernt Pearce. Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya Jilid 1. Terjemahan oleh Herawati Susilo. Jakarta: UI-Press.

Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhsanati. Reni Mayerni. Tari Gita Puspa Sari. 2009. Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman  Stroberi (Fragaria x annasa). Jerami, 2 (1): 31-34.

Pertamawati. 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautotrof  Secara  Invitro. Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1): 31-37.

Rasyid, Abd. 2009. Distribusi Klorofil-a Pada Musim Peralihan Barat-Timur Di Perairan Spermonde Propinsi Sulawesi Selatan. Sains & Teknologi, 9: 125-132.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan oleh Dr. Diah R. Lukman dan Ir. Sumaryono, MSc. 1995. Bandung: Penerbit ITB.

Sarmita, Fitriani. , Endah Dwi Hastuti. Sri Haryanti. 2011. Pertumbuhan Legume Pada Ketinggian Yang Berbeda. Bioma, 13(2): 67-72.

Tjitrosomo, S. S. 1983. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

2 komentar: